BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pemahaman
siswa tentang biologi sebagai ilmu, diasumsikan sebagai ilmu hafalan dan tidak
ada manfaatnya dalam kehidupan keseharian. Anggapan yang timbul karena mereka
melihat biologi sebagai ilmu yang banyak mempergunakan bahasa latin sebagai
bahasa ilmiah. Juga akibat pengalaman belajar yang bersifat verbalistis dan
tidak pernah diajak belajar di luar kelas. Pengalaman belajar di sekolah
sebelumnya lebih bersifat tekstual dan lebih menekankan pada penyelesaiaan
soal-soal daripada pembelajaran secara praksis.
Model
pembelajaran yang memisahkan konsep dengan realitas kehidupan sehari-hari,
semakin menjauhkan pemahaman hubungan ilmu biologi dengan , alam sekitar dan
kehidupan siswa. Suatu kondisi yang kemudian menimbulkan persepsi yang keliru ,
dan melepaskan relevansi ilmu biologi dengan realitas kehidupan siswa. Suatu
pembelajaran verbalistik yang kurang memanfaatkan potensi lingkungan sekitar
sebagai sumber belajar yang paling dekat dengan diri anak. Suatu realitas yang
tidak dapat diingkari bahwa banyak siswa SMA yang tidak mengenal aneka jenis
tanaman hias yang ada di halaman sekolah.
Persoalan
di atas merupakan persoalan klise yang selalu muncul, karena orientasi
pembelajaran yang dilakukan guru tidak pernah mendekatkan siswa dengan
lingkungan secara langsung. Suatu pola pembelajaran yang didominasi guru tanpa
mempertimbangkan latar belakang, pengalaman, dan lingkungan sekitar siswa.
Sehingga siswa hanya berfungsi sebagai obyek, tanpa mampu mengembangkan diri,
dan lingkungan sebagai sumber belajar tidak dimanfaatkan secara optimal.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan
masalahnya yaitu “Bagaimana pengaruh pembentukan kelompok sindikat untuk
menanamkan pemahaman relevansi biologi dengan alam sekitar?”
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan
masalah, maka tujuannya yaitu :
1. Untuk
mengetahui pengaruh pembentukan kelompok sindikat dalam pembelajaran ekosistem
terhadap pemahaman relevansi biologi dengan alam sekitar;
2. Memberikan
alternatif pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekolah, sehingga
tercipta suasana yang rileks dan menyenangkan.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A.
Relevansi
ilmu Biologi dalam Kehidupan Sehari-hari
Pesatnya
perkemebangan sains dan teknologi telah banyak memerikan perubahan terhadap
berbagai sektor kehidupan manusia. Suatu perubahan yang memberikan berbagai
kemudahan bagi manusia, sehingga semuanya bisa dilakukan dengan cepat dan
efisien. Perubahan kehiduapn yang menggiring manusia pada perilaku instan dan
serba mekanis. Perubahan yang kemudian semakin menjauhkan manusia dari
lingkungannya, alam semakin teralineasi dari kehidupan manusia. Sehingga
berbagai dampak perubahan alam belakangan ini menimpa kehidupan manusia. Suatu
peringatan yang meminta manusia untuk introspeksi diri mengenai hubungan
dirinya dengan alam. Maka, dalam kondisi demikian itu, ilmu biologi memiliki
peranan untuk mengaktualisasikan relevansi antara manusia dengan lingkungannya.
Pembelajaran
biologi menyangkut proses belajar yang berkaitan dengan makhluk hidup dengan
lingkungannya. Suatu proses pembelajaran yang selalu berhubungan dengan
aktivitas kehidupan nyata.De Porter (2000:5) menjelaskan bahwa interaksi dari
berbagai macam momen di sekitar mencakup unsur-unsur belajar efektif yang
mempengaruhi kesuksesan siswa. Dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan
nasional, berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap
kreatif, mandiri dan menjadi warna negara yang demokratis dan
bertanggungjawab.Untuk mencapai ke arah tujuan pendidikan nasional tersebut,
secara mikro setiap proses pembelajaran tidak hanya mengembangkan kemampuan
aspek kognitif, tetapi juga mengembangkan kecakapan aspek efektif dan
psikomotorik. Selanjutnya akan mengembangkan kecerdasan intelektual, emosional
dan spiritual secara berimbang.
Proses
pembelajaran biologi sebagai kegiatan mikro dalam kerangka mencapai tujuan
nasional, harus bertumpu kepada upaya-upaya untuk menumbuhkan rasa cinta
terhadap tanah air, dan iklim belajar serta diharapkan dapat menumbuhkan rasa
percaya diri , sikap dan perilaku inovatif dan kreatif. Pada gilirannya
pendidikan akan mampu mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan bertanggungjawab.
Hadiat (1998/1999:5), menjelaskan bahwa tujuan dan fungsi pembelajaran biologi
di SMA, agar siswa memahami konsep-konsep biologi dan keterkaitannya serta
mampu menggunakan metode ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan
masalah yang dihadapinya sehingga menyadari akan kebesaran dan kekuasaan
penciptanya. ohar (1990), menjelaskan pemanfaatan lingkungan lokal merupakan
pendekatan sosialisasi anak didik terhadap obyek dan persoalan biologi di
lingkungan anak didik. Pada gilirannya mereka mampu menyatu dengan
lingkungannya, menyatu dengan ekosistemnya. Sisoalisasi sejak dini dengan
memanfaatkan lingkungan lokal dengan alam dan budaya setempat kepada anak didik
akan menuju terwujudnya manusia Indonesia yang cinta tanah air, berkepribadian
dan berkesadaran nasional. Sekaligus dapat menumbuhkan pemahaman mengenai
relevansi antara ilmu biologi dengan lingkungan alam, dan kehidupan
sehari-hari.
B.
Pembelajaran
Kontekstual Dan Kooperatif
Pembelajaran
kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam
kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, sementara siswa memperoleh
pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas. Sedikit- demi sedikit
dari proses mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam
kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Karakteristik
pembelajaran kontekstual, di antaranya:
· Melakukan
hubungan yang bermakna;
· Melakukan
kegiatan yang signifikan;
· Belajar
yang diatur sendiri;
· Bekerjasama;
· Berpikir
kritis
Sedangkan
belajar kooperatif merupakan pendekatan pembelajaran melalui kelompok kecil
siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai
tujuan belajar (Holubec in Nurhadi,2003:20). Menurut Abdurrahman dan Bintoro,
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis
mengembangkan interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh antara
sesama siswa sebagai latihan hidup dalam masyarakat nyata. Bruner (Siberman,
2000:8) mendeskripsikan belajar secara bersama merupakan kebutuhan manusia yang
mendasar untuk merespon yang lain dalam mencapai suatu tujuan. Suatu
reciprocity yang merupakan sumber motivasi yang setiap pengajar dapat
menjalankan stimulasi untuk belajar.
Dari
berbagai uraian tersebut, maka sebenarnya pembentukan kelompok sindikat,
merupakan suatu variasi dari pembelajaran kooperatif dengan memberikan pilihan
bagi siswa untuk menentukan anggota kelompoknya sendiri yang dianggap bisa bekerjasama
dalam menyelesaikan suatu persoalan yang dihadapinya.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Observasi
Awal
Hal
yang sangat menarik ketika peneliti diberi tugas mengajar di kelas X tahun
pelajaran 2004/2005,menemukan fakta bahwa dari 41 orang siswa, 31 orang
diantaranya belum pernah melakukan pembelajaran biologi di luar kelas. Siswa
memiliki pengalaman belajar biologi secara tekstual atau sesekali ke dalam
ruangan laboratorium. Umumnya mereka mengalami pembelajaran secara tekstual dan
latihan mengerjakan soal. Pengalaman tersebut menimbulkan asumsi siswa bahwa,
pelajaran biologi sarat dengan hafalan dan bahasa latin. Mereka merasa bosan
dan pembelajarannya kurang menarik. Mereka kurang memahami konteks hubungan
biologi dengan kehidupan alam sekitar dan keseharian. Karena kalau pun mereka
mendapatkan pembelajaran materi ekosistem, pengalaman yang diperoleh secara
tekstual, dan contoh yang diberikan tidak ada dalam lingkungan sekitar tempat
tinggal mereka.
B.
Paparan Data dan Temuan
dalam Tindakan I
1. Perencanaan tindakan
Perencanaan
tindakan ini untuk mengatasi problem siswa yang kurang tertarik kepada
pelajaran biologi, sekaligus untuk memberikan pengalaman praksis bagi siswa
melakukan pembelajaran kongkrit. Suatu pembelajaran yang memanifestasikan hubungan
pelajaran biologi dengan alam sekitar.
2. Pelaksanaan
Tindakan
Pelaksanaan
tindakan dengan memberikan lembaran kerja kepada setiap siswa, kemudian mereka
membentuk kelompok sindikat, persekongkolan dengan teman yang dipilih sesuai
dengan kehendak dalam menentukan lokasi taman sekolah yang akan dijadikan obyek
pengamatan di luar kelas. Setelah menentukan lokasi pengamatan, setiap kelompok
sindikat mengidentifikasi jenis tanaman yang ada di setiap taman, kemudian
memasukkan data ke dalam tabel pengamatan.
3. Observasi
Dari hasil pengamatan
peneliti selama pelaksanaan tindakan I sampai akhir tindakan I, didapatkan data
:
· Siswa
dapat menjelaskan komponen penyusun ekosistem, tetapi belum bisa menjelaskan
hubungan antara komponen biotik dengan komponen abiotik
· Sebagian
siswa menuliskan rantai makanan tidak berdasarkan dari hasil pengamatan.
4. Refleksi
Berdasarkan observasi
dan tugas pada akhir tindakan I ditemukan data sebagai berikut:
Ø Dengan
melakukan pengamatan di taman sekolah siswa mampu menguraikan komponen penyusun
ekosistem dari tiap taman yang diamati
Ø Siswa
merasa lebih senang dengan pengalaman belajar di luar kelas, dan memilih
anggota kelompok menurut kehendaknya sendiri
Ø Perlu
dilakukan tindakan II untuk mengatasi kesalahan konsepsi mengenai terjadinya suksesi
dan rantai makanan
C.
Paparan Data dan Temuan
Dalam Tindakan II
1. Perencanaan
Tindakan II
Pembelajaran
dalam tindakan II merupakan upaya mengatasi kesalahan konsepsi siswa mengenai
suksesi ekosistem dan rantai makanan serta menganalisis terjadinya perubahan
lingkungan. Menjelaskan peranan manusia dalam menjaga keseimbangan lingkungan.
2. Pelaksanaan
Tindakan II
Pada
awal tindakan II: (1) siswa diberi contoh kasus mengenai terjadinya suksesi
yang akan terjadi di daerah Meulaboh (NAD); dan (2) siswa membuat rantai
makanan dari data serangan hama yang menyerbu tanaman padi dan perkebun kelapa.
3. Observasi
Dari pengamatan
peneliti selama tindakan II berlangsung:
· Kelompok
sindikat antusias, saling mempertahankan pendapatnya mengenai suksesi ekosistem
yang akan terjadi di Meulaboh pasca bencana tsunami. Dalam diskusi antar
kelompok, terlihat ada kelompok sindikat yang dominan dan ada sebagian anggota
sindikat yang pasif. Peneliti sebagai fasilitator dan motivator, memberikan
kesempatan kepada kelompok pasif untuk mengutarakan pendapatnya.
· Masih
terdapat anggota kelompok sindikat yang kurang benar dalam membuat rantai
makanan, dan menganalisis serta mengatasi gangguan atau perubahan lingkungan
berdasarkan rantai makanan yang telah dibuat.
4. Refleksi
Berdasarkan observasi
pada tindakan II dapat direfleksikan hal-hal sebagai berikut:
Ø Antusiasme
siswa meningkat dalam upaya memahami konsep dan mampu mengemukakan argumentasi
dengan baik
Ø Pembentukan
sindikat dan pemberian studi kasus yang berhubungan langsung dengan persoalan
aktual di lingkungan, menguatkan pemahaman siswa mengenai hubungan biologi
dengan alam sekitar atau kehidupan sehari-hari
Ø Terjadi
peningkatan hasil belajar siswa setelah dilakukan penilaian pada akhir tindakan
II
Dari
data yang dipaparkan di atas dapat diketahui bahwa pemahaman anak terhadap
eksosistem dapat mencapai ketuntasan dengan nilai kompetensi 75 % .Pembelajaran
eksositem di taman sekolah dengan pembentukan kelompok sindikat dan studi kasus
dapat menanamkan pemahaman relevansi biologi dengan lingkungan sekitar atau
dengan realitas kehidupan sehari-hari
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan
dalam makalah ini yaitu :
1. Kesalahan
persepsi siswa mengenai hubungan biologi dengan alam lingkungan sekitar
disebabkan pengalaman belajar siswa yang diperoleh sebelumnya bersifat
verbalistik Melalui pembelajaran secara kongkrit, dengan memberikan pengalaman
belajar di taman sekolah dengan membentuk sindikat serta mempelajari studi
kasus, dapat mnenciptakan suasana belajar lebih riang, santai, dan menyegarkan.
Serta mampu menanamkan pemahaman konsep ekosistem yang mengaitkan biologi
dengan alam sekitar atau kehidupan sehari-hari.
2. Kesulitan
yang dihadapi siswa dalam memahami konsep ekosistem:
a. Menjelaskan
hubungan antara komponen biotik dengan abiotik.
b. Cara
memberikan argumentasi kurang runtut;.
c. Menuliskan
rantai makanan dari studi kasus perubahan keseimbangan ekosistem.
d. Menganalisis
penyebab terjadinya perubahan ekosistem.
3. Upaya
untuk mengatasi kesulitan tersebut:
a. Guru
mengarahkan jawaban siswa dengan menekankan pengaruh faktor abiotik terhadap
faktor biotik, dan sebaliknya
b. Dari
argumentasi yang dikemukakan siswa dalam diskusi point-point pokok dituliskan
di papan dan kemudian meminta tanggapan anggota sindikat yang lain untuk
menambah kekurangannya sehingga jawaban menjadi benar dan utuh
c. Dari
salah satu jawaban siswa mengenai rantai makanan dituliskan di papan tulis dan
meminta anggota sindikat yang lain untuk menanggapinya. Jika ada jawaban yang
berbeda anggota sindikat menuliskannya di papan tulis
d. Berdasarkan
rantai makanan yang telah dibuat siswa, guru menanykan faktor penyebab utama
terjadinya perubahan keseimbangan ekosistem, sehingga terjadi serangan hama.
Kemudian mencari penyebab peningkatan populasi hama dan peranan manusia dalam
perubahan ekosistem tersebut.
B.
Saran
Saran kami pada makalah
ini adalah Pengalaman belajar di luar kelas atau taman dapat dilakukan pada
beberapa konsep biologi penting untuk dilakukan, sehingga bisa tercipta
pembelajaran yang kongkrit dan memberikan suasana pembelajaran yang berbeda
bagi siswa.Sekaligus memanfaatkan taman atau kebun sekolah dalam implementasi
pembelajaran sehingga memberikan makna yang berarti bagi penglaman belajar
siswa.
DAFTAR REFERENSI
De Potter, Bobbi. 2000.
Quantum Teaching. Jakarta: Kaifa
Djohar,1990. Pendidikan Biologi Mengantarkan Manusia
Berpengetahuan, Berilmu dan Berpenedidikan Menuju Pembangunan Manusia Indonesia
Seutuhnya. Paper Disampaikan dalam Simposium Nasional Pendidikan Biologi ¨C
FP MIPA IKIP Surabaya 20 Januari 1990.
Hadiat, 1993/1994. Pendidikan Sains, Teknologi dan Masyarakat
di Indonesia. Jakarta: Depdikbud ¨C Dirjen Dikdasmen
Nurhadi, Agus Gerrad
Senduk.2003. ¡°Pembelajaran Kontekstual
(Contextual Teaching and Learning / CTL). Malang: Penerbit Universitas Negeri
Malang
0 komentar:
Posting Komentar